Minggu, 09 November 2008

IHWAL PENULISAN KARYA ILMIAH

Umar Sidik
Imam Budi Utomo

1. Pengantar
Menyusun karya ilmiah, apa pun bentuk dan jenisnya, merupakan pekerjaan yang berat sehingga sering dikeluhkan banyak orang. Hal itu karena membuat karya ilmiah terkait dengan nilai keilmuan yang akan dijadikan referensi (acuan) bagi khalayak. Sebuah karya ilmiah juga sekaligus akan menunjukkan jati diri bagi pembuatnya. Di dalam ilmu pengetahuan, karya ilmiah merupakan salah satu sarana dalam rangka pengembangan ilmu. Sarana yang dimaksudkan ialah karya ilmiah sebagai wujud pengungkap berbagai ilmu pengetahuan.
Ketika seseorang akan memulai membuat karya ilmiah beberapa persoalan akan muncul pada benaknya. Misalnya, (a) persoalan apa yang akan diangkat, (b) apakah persoalan itu menarik dan bermanfaat bagi orang lain, dan (c) bagaimana menungkannya ke dalam bentuk tulisan yang menarik, mudah dipahami, dan enak dibaca. Persoalan yang terakhir itu berkaitan dengan yang namanya teknik penulisan karya ilmiah.
Berkaitan dengan ihwal karya ilmiah, perlu dipahami dan dicermati hal-hal berikut, yaitu (a) pengertian dan jenis karya ilmiah, (b) langkah awal penyusunan, (c) teori yang digunakan, (d) metode dan teknik pengumpulan data, (e) metode analisis, (f) unsur kelengkapan (data-data pendukung, (g) kerangka (format) karya ilmiah (laporan penelitian, skripsi, dll.), (h) ragam bahasa yang digunakan, dan (i) teknik penulisannya.
Ihwal teknik penulisan sangat terkait dengan tingkat keterbacaan dan etika penyajian suatu karya ilmiah. Terdapat norma (kaidah atau aturan) yang harus diikuti oleh siapa saja yang akan membuat karya ilmiah. Di dalam penulisan karya ilmiah tidak dapat dilepaskan dengan masalah hak cipta orang lain. Misalnya, ketika memanfaatkan pendapat orang dalam sebuah karya ilmiah, ada aturan yang harus diikuti di dalam pengutipannya.

2. Pengertian dan Jenis Karya Ilmiah
Mengacu pada beberapa pendapat, seperti Natawidjaya (1986), Sudjiman dan Dendy Sugono (1991), Junaiyah, et al.(1991), KBBI (1991), dan Pranowo dkk. (1996). Karya ilmiah atau karangan ilmiah adalah hasil karangan yang penyusunannya didasarkan atas kajian ilmiah. Bentuk karya ilmiah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (a) artikel, (b) makalah, (c) laporan penelitian.

2.1 Artikel
Yang dimaksud dengan artikel ialah karya ilmiah populer berisi ilmu pengetahuan yang menggunakan bahasa umum sehingga mudah dipahami oleh masyarakat awam, misalnya artikel tentang obat-obatan, teknologi. Tulisan ilmiah yang berupa artikel sering disebut juga dengan karya ilmiah populer.

2.2 Makalah
Makalah (paper), yaitu tulisan resmi (formal) tentang suatu hal yang memiliki kriteria ilmiah, baik isi, format, maupun butir pembahasannya, Makalah dapat dibagi dua, yaitu (a) makalah untuk diseminarkan dan atau diterbitkan dan (b) makalah yang merupakan tugas siswa/mahasiswa/ karyasiswa.

2.3 Laporan Penelitian
Yang termasuk laporan penelitian, yaitu (a) karya tulis, (b) skripsi, (c) tesis, (d) disertasi, dan (e) laporan penelitian mandiri atau tim. Masing-masing terdapat karakteristik dan tujuan yang berbeda, di samping ada unsur-unsur kesamaannya. Karya tulis adalah karangan ilmiah yang digunakan sebagai tugas akhir siswa atau tugas seseorang dari sebuah PKL, yang dapat dilakukan oleh mahasiswa D-1, D-2, atau D-3). Skripsi adalah karangan ilmiah yang digunakan sebagai tugas akhir mahasiswa jenjang strata satu (S-1) untuk memperoleh gelar sarjana. Tesis adalah karangan ilmiah yang digunakan sebagai tugas akhir karyasiswa jenjang strata dua (S-2) untuk memperoleh gelar magister. Disertasi merupakan karya ilmiah yang disusun oleh karyasiswa pada jenjang strata tiga (S-3) untuk memperoleh gelar doktor. Laporan ilmiah adalah karangan ilmiah yang berupa laporan yang disusun berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan secara mandiri atau tim/kelompok.

3. Langkah Awal Penyusunan
Di dalam proses penyusunan karya ilmiah, ada beberapa langkah awal yang sering dilakukan orang, misalnya sebagai berikut.
a. Menentukan topik atau tema
b. Menguji kelayakan topik
1) Menarik?, baru, aneh, luar biasa, kontroversial, dsb.
2) Menambah pengetahuan, menambah keterampilan, memecahkan masalah, dsb.
c. Mengidentifikasi ide-ide pokok (tesis, asumsi-asumsi dasar)
d. Mengorganisasikan ide yang akan ditulis
e. Mengembangkan ide pokok (mencari alternatif solusi atas masalah yang dikemukakan)
f. Mengumpulkan bahan (literatur, observasi, wawancara, dsb)
g. Membuat draf kasar
h. Mengembangkan ide ke dalam kalimat/paragraf
i. Penyusunan daan pengeditan

3.1 Penemuan Variabel
Pencarian variabel dilakukan dengan cara melihat atau mencari fenomena yang menarik untuk dikaji. Setelah mendapat hal yang dapat dijadikan masalah untuk dikaji atau diteliti, dicermati masalah yang problematis. Dalam hal ini dapat dikatakan sebagai penumbuhan sikap aktif atau sikap “terbangkit”. Hal tersebut dilakukan melalui media bacaan, diskusi, konsultasi, atau menanyakan kepada ahlinya (pakar). Dikatakan oleh Pranowo dkk. (1996:7) bahwa pencermatan itu dilakukan terhadap segala yang dilihat, didengar, dirasakan terhadap suatu fenomena; atau dengan cara membaca tulisan-tulisan orang lain yang dapat dijadikan sumber permasalahan.
Perlu diketahui bahwa sebelum pencermatan dilakukan, ditentukan lebih dahulu bidang apa yang akan dibahas, misalnya, bidang teknologi informasi, pengelolaan informasi, atau lintas bidang ilmu. Kalau sudah dipilih bidangnya, lalu dikhususkan fokusnya. Misalnya, kita memilih bidang pengelolaan informasi, dapat dikhususkan pada pengolahan, pelayanan jasa informasi, atau software yang digunakan. Kemudian, perlu dipertimbangkan dan direnungkan, apakah masalah yang dipilih itu benar-benar layak ditulis, dengan cara seperti yang disarankan Pranowo dkk. (1996:8) adalah sebagai berikut.
Apakah bahasan itu memiliki kegunaan?
Apakah memiliki kebaruan (permasalahan, teori, atau metodenya)?
Apakah bahasan itu menarik bagi Anda?
Apakah untuk membahas itu Anda tidak kesulitan mendapatkan bahan-bahan bacaan yang dibutuhkan?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu menjadi dasar untuk melangkah pada tahap selanjutnya. Apakah eksplorasi terhadap masalah itu dapat dilanjutkan untuk suatu penelitian ilmiah.

3.2 Perumusan Topik dan Penyusunan Judul
Bila sudah ditemukan hal yang akan dibahas, segeralah merumuskan topik. Secara singkat, perumusan topik dapat dilihat pada bagan berikut.


Variabel penelitian
(hal yang akan dibahas)




Topik



Judul


3.3 Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah yang dimaksudkan di sini ialah butir-butir apa saja yang akan menjadi bagian pada pembahasan. Jadi, rumusan masalah penelitian merupakan rincian masalah yang perlu dijawab oleh peneliti. Rumusan masalah dapat berupa kalimat pertanyaan atau pernyataan. Permasalahan selalu menjadi pijakan dalam proses analisis.

4. Kerangka Dasar Karya Ilmiah
Setelah langkah awal dilakukan, disusun kerangka dasar yang digunakan sebagai “ancang-ancang” untuk memulai pengerjaan karya tulis. Selain itu, kerangka itu digunakan sebagai pedoman melakukan penelitian. Kerangka dasar karya ilmiah yang berupa laporan penelitian dapat tersusun sebagai berikut.

1. JUDUL (yang disebut sebagai sampul luar)
2. JUDUL (yang disebut sebagai halaman judul)
3. HALAMAN PENGESAHAN (untuk skripsi)
4. HALAMAN KHUSUS (jika diperlukan)
5. INTISARI (bahasa Indonesia) dan ABSTRAK (bahasa Inggris)
6. KATA PENGANTAR
7. DAFTAR ISI
8. DAFTAR TABEL
9. DAFTAR GAMBAR
10. DAFTAR LAMPIRAN.
Bagian utama pada laporan penelitian terdiri atas beberapa bab dan subbab (sesuai dengan kebutuhan pembahasan) yang tersusun secara berurutan, antara lain, berisi hal-hal sebagai berikut.
1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan dan Manfaat
d. Hipotesis (jika ada)
e. Sistematika Pembahasan
2. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
a. Tinjauan Pustaka
b. Landasan Teori
3. Metode Penelitian
a. Subjek/Objek Penelitian
b. Variabel Penelitian
c. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
d. Metode Analisis
4. Pembahasan/Analisis
Pada bagian atau bab ini terdiri atas beberapa subbab sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Sajikan secara sistematis dengan mangacu pada rumusan masalah.
5. Simpulan Dan Saran
a. Simpulan hasil penelitian (bukan ringkasan)
b. Saran (terkait dengan topik)

Pada bagian akhir skripsi terdiri atas hal-hal sebagai berikut.
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran

5. Teori, Metode, Teknik, Populasi, Sampel, dan Cara Penelitian
Secara ringkas pengertian teori, metode, teknik, data, populasi, sampel, dan cara penelitian ialah sebagai berikut.
Teori merupakan prinsip dasar untuk menangani masalah yang akan dibahas. Dapat dikatakan bahwa teori adalah pisau analisi. Prinsip dasar itu digunakan sebagai landasan berpikir atau kerangka pemikiran. Prinsip tersebut menggambarkan langkah dan arah analisis. Jadi, harus disesuaikan dengan dengan topik yang akan dibahas. Misalnya, untuk menangani masalah budaya baca, dapat digunakan teori sosiokultural.
Metode dan teknik merupakan dua istilah yang berdekatan artinya, tetapi menunjukkan dua konsep yang berbeda. Aakan tetapi, kedua hal itu berhubungan secara langsung satu sama lain. Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Untuk dapat membayangkan konsep metode dan teknik, dapat diandaikan sebagai berikut. Seseorang yang akan membahas tentang sikap pemakai perpustakaan, ia harus melakukan pengumpulan data. Mengumpulkan data itu dibayangkan sebagai metode. Di dalam pengumpulan data yang berupa sikap pemakai perpustakaan dilaksanakan dengan merekam, mencatat, menyadap. Rekam, catat, dan sadap merupakan teknik. Dengan demikian, sebuah metode dimungkinkan terwujud menjadi beberapa teknik. Contoh lain, dalam melaksanakan metode observasi dapat terjabar dengan teknik partisipan (libat-cakap) dan teknik nonpartisipan (sadap, rekam).
Data merupakan bahan untuk objek penelitian. Dalam penentuan data dipertimbangkan (a) kriteria jumlah data, (b) kriteria mutu data (kevalidan data), dan (c) kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan. Populasi merupakan data secara keseluruhan. Sampel merupakan wakil dari data, yaitu data yang mewakili yang diambil dari populasi.
Cara penelitian merupakan uraian tentang tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam mewujudkan sebuah laporan ilmiah, seperti tahap pengumpulan data, penganalisisan data, dan panyajian hasil analisis. Uraian tersebut diuraikan menurut metode yang digunakan; dari awal penentuan sampel serta pembuatan alat ukurnya sampai dengan penyajian laporan penelitian.

6. Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa dalam karya ilmiah merupakan suatu ragam yang disebut sebagai ragam akademik (Sudaryanto, 1996:37--41). Ciri-ciri penting bahasa karya ilmiah yang dirangkum dari pendapat Johanes (1979) dan Sudaryanto (1996) adalah sebagai berikut.
a. Nada tulisan bersifat formal dan objektif.
b. Bahasa yang digunakan bersifat baku.
c. Kata-kata yang digunakan ialah kata yang bermakna denotatif.
d. Hubungan makna antar unsur dalam kalimat bersifat logis dan koheren.
e. Dihindari penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambigu.
f. Lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif karena dalam kalimat pasif peristiwa lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
g. Konsisten dalam penggunaan istilah, singkatan, dan tanda-tanda.

Dari sekian ciri bahasa ilmiah dapat ditarik intinya, yaitu bahwa di dalam bahasa karya ilmiah digunakan ragam bahasa tulis yang bersifat jelas, lugas, dan komunikatif (Sudjiman dan Sugono, 1991:3). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahasa karya ilmiah, antara lain, adalah sebagai berikut.

6.1 Menghindari pernyataan yang bersifat absolut
Kebenaran dalam suatu karya tidak bersifat mutlak (tidak absolut). Oleh karena itu, bahasa yang digunakan juga dihindarkan dari kemutlakan. Kata yang dicetak miring berikut ini merupakan contoh yang tidak dianjurkan.
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah itu adalah ……. (dapat diganti dengan: salah satu cara yang efektif dapat ditempuh dengan ……….
Model terbaik untuk menyelenggarakan pelayanan prima adalah …….
Menurunnya minat baca pasti berdampak pada prestasi belajar.

6.2 Menghindari Pernyataan yang Bersifat Ragu-Ragu
Kebenaran tulisan ilmiah dibuktikan dengan logika dan pendekatan ilmiah. Oleh karenanya disajikan dengan memlalui kajian teoretis dan kerangka berpikir yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis harus dapat meyakinkan orang lain dengan pernyataan yang tidak ragu-ragu. Contoh yang tidak dianjurkan, antara lain sebagai berikut.
Rendahnya minat baca tampaknya (mungkin) dipengaruhi oleh lingkungan keluarga.
Agaknya (mungkin) anak-anak lebih menyukai bacaan ringan dan bergambar daripada ………..

6.3 Menghindari Istilah Asing yang Sudah Ada Padanannya dalam Bahasa Indonesia
Jangan ragu menggunakan istilah (kosakata) asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Karena istilah itu lebih singkat dan mempunyai konotasi makna yang lebih baik. Jika Anda ragu bahwa padanan dalam bahasa Indonesia itu kurang banyak dikenal orang, tambahkan bahasa sumbernya di dalam kurung dengan dicetak miring.
Misalnya:
user pemakai
homepage laman
on-line terhubung
acces akses
data base pangkalan data
in-put data pemasukan data
display peragaan
dubbing sulih suara
hardware perangkat keras
software perangkat lunak

6.4 Menggunakan Kalimat-Kalimat Pendek, Efektif, dan Mudah Dipahami
Ide dalam sebuah kalimat harus jelas. Subjek dan predikatnya jelas dan menggunakan kalimay efektif.
Misalnya:
Ancaman terhadap fungsi perpustakaan yang disebabkan oleh adanya perkembangan media elektronik yang sangat pesat, tentu merisaukan bagi kalangan pustakawan, sebab perpustakaan tidak lagi dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk mencari informasi dan menumbuhkan belajar mandiri.

Kalimat itu dapat diefektifkan menjadi
Perkembangan media eletronik dapat mengancam fungsi perpustakaan. Kondisi seperti itu merisaukan kalangan pustakawan, Sebab, perpustakaan tidak lagi dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk mencari informasi dan menumbuhkan belajar mandiri.



6.4 Menghindari Kalimat yang Tidak Efektif
Banyak hal yang menyebabkan kalimat itu tidak efektif, misalnya pemakaian konjungsi karena, sehingga, jika dan maka yang tidak tepat, seperti contoh berikut ini.
Karena koleksinya tidak lengkap, sehingga mahasiswa enggan untuk datang di perpustakaan.
Jika sistem pelayanan tidak diperbaiki, maka jangan diharapkan perpustakaan itu dapat maju.

7. Teknik Pengutipan
Di dalam penulisan karya ilmiah, hampir tidak mungkin terhindar dari pengutipan pendapat orang lain. Persoalannya bukan mengapa penulis harus mengutip pendapat atau pernyataan orang lain, tetapi yang paling penting adalah bagaiman cara mengutip atau menyitir pendapat orang lain itu. Beberapa contoh dalam pengutipan adalah sebagai berikut.

Dua acuan atau lebih yang digunakan untuk menyatakan hal yang sama, cantumkanlah nama akhir masing-masing pengarangan, diikuti tahun dan halaman, dan masing-masing acuan dipisahkan dengan titik koma (;).
Misalnya:
Dalam kaitannya dengan menumbuhkembangkan kultur baca (Sidik, 2003:23; Lasa Hs., 1999:12; Zulaikha, 2005:34) mendasarkan pada hal yang sama, yaitu ………

Apabila diperlukan lebih dari acuan pada pengarang dan tahun terbit yang sama, gunakanlah huruf a dan b pada akhir tahun penerbit sebagai pembeda. Akan tetapi, dapat juga terjadi untuk tahun terbit berbeda dengan pernyataan yang sama.
Misalnya:

Lain halnya dengan hal tersebut di atas, Tampubolon (1999a:23) dan kemudian dipertegas kembalai pada sebuah artikel (1999b:12), menyatakan bahwa ………
Senada dengan hal itu, Tampubolon (1999:23) dan kemudian dipertegas kembali pada sebuah artikel (2001:12), menyebutkan bahwa ……….

Mengutip pendapat seseorang yang terdapat pada karya orang lain dapat dilakukan jika sudah terpaksa, yaitu ketika sumber primernya tidak dapat ditemukan.
Misalnya:

“Membiarkan anak-anak menggunakan bahasa tanpa bimbingan yang baik di sekolah akan menimbulkan kekacauan pemakaian bahasa” (Rosidi dalam Halim, 19762:34). Tanda angka dua (2) di belakang tahun terbit untuk menaadakan jilid buku yang dikutip.

Penyitiran dari karya editor, penulisan menggunakan singkatan Ed. dibelakang nama akhir editornya dalam tanda kurung siku.
Misalnya:

Dinyatakan oleh Qolyubi [Ed.] (2003:56) bahwa ……………..

7.1 Catatan Kaki
Dalam penyajian laporan penelitian ilmiah (makalah, skripsi, dsb.) biasanya diperlukan yang lazim disebut catatan kaki. Catatan kaki itu digunakan untuk
a. untuk menunjang fakta, konsep, dan gagasan, atau untuk memberikan informasi tentang sumber data, gagasn, dan lain-lain yang relevan;
b. untuk memberikan penjelasan tambahan tentang suatu masalah yang dikemukakan dalam teks atau untuk menjelaskan definisi istilah secara lebih cermat.

Misalnya:
Jika perpustakaan merupakan representasi dan kelanjutan dari budaya baca dan tulis, pembangunan perpustakaan harus mengiringi pembinaan dan pengembangan budaya baca dan tulis. Akan sangat sia-sia dan absurd bila penyelenggaraan perpustakaan tanpa didahului atau dibarengi dengan pembinaan minat baca1.
Masyarakat membaca yang patut dipahami adalah masyarakat yang tidak sekadar mampu membaca bahan bacaan2, seperti ketika pendidikan belum tersebar luas, tetapi masyarakat mampu mengetahui secara luas dan mendalam cipta, rasa, dan karsa sebagai buah kebudayaan.



_______________
1 Disampaikan oleh Taufik Adnan Amal pada Pelatihan Pustakawan MI dan MTs, tanggal 2 Oktober 2001 di Bandar Lampung. Hal yang diungkapkan itu, kata Taufik, pernah dimuat dalam Harian Kompas 15 November 2000.
2 Banyak umat Islam di Indonesia yang hanya lancar dan rajin membaca Alquran, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Akibatnya apa yang terkandung di dalam ajaran Alquran tidak membekas dan tidak berdampak apa-apa dalam perilaku kehidupannya.
3 Kata eling tidak hanya bermakna ‘ingat’, tetapi penyadaran akan hakikat hidup manusia sebagai makhluk Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, S (Ed.). 1979. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hasnun, Anwar. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis: Puisi, Artikel, Makalah, Laporan, Surat Dinas. Yogyakarta: Absolut.
Hermawan, Asep. 2004. Kiat Praktis Menulis Skripsi, Tesis, Disertasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Junaiyah, H.M. et al. 1991. Masalah Bahasa yang Patut Anda Ketahui (1). Jakarta: Departemen Penedidikan dan Kebudayaan.
Mustakim. 1993. Penggunaan Bahasa yang Efektif dalam Karya Tulis (untuk SMTA). Jakarta: Akademika Pressindo.
Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Teras Komposisi. Jakarta: Intermasa.
Nurlina, Wiwin Erni Siti. 2000. “Penyusunan Karya Ilmiah” (Materi Penyuluhan Program Diklat Pengayaan Materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SLTP). Makalah. Yogyakarta: MKSS Kabupaten Sleman.
Pranowo dkk. 1996. Teknik Menulis Makalah Seminar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabariyanto, Dirgo. 2000. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Samad, Daniel. 1997. Dasar-Dasar Meresensi Buku. Jakarta: Grassindo.
Siregar, Ashadi [dan] I Made Suarjana. 1995. Bagaimana Mempertimbangkan Artikel Opini untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1991. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Sugihastuti. 2002. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
The Liang Gie. 1995. Pengantar Dunia Karang-Mengarang. Yogyakarta: Liberty.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wibowo, Wahyu. 2003. 6 Langkah Jitu agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca. Jakarta: Gramedia.
Widyamartaya, Al [dan] Veronica Sudiati. 1997. Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Grassindo.
Jelas berarti bahasa yang digunakan memperlihatkan secara jelas unsur-unsur kalimat, yaitu bagian mana yang merupakan subjek, predikat, objek, dan keterangan sehingga setiap kalimat yang terdapat di dalam karya ilmiah itu memenuhi persyaratan.

Lugas berarti bahasa yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat kalimat bahasa karya ilmiah hanya memungkinkan satu tafsiran, yaitu tafsiran yang sesuai dengan maksud penulis.

Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang disajikan sama dengan apa yang dimaksud penulisnya. Hali itu terlaksana jika wacana yang disajikan bersifat logis dan bersistem. Logis yaitu memperlihatkan hubungan yang masuk akal. Bersistem yaitu uraian yang disajikan menunjukkan urutan yang mencerminkan hubungan yang teratur, misalnya ketepatan penggunaan konjungsi.












(a)
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMBANG DAN TANDA (kalau ada)
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III KERANGKA TEORI
BAB IV METODE, TEKNIK, DAN CARA PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN / ANALISIS
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
















KERANGKA LAPORAN PENELITIAN
(a1)
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMBANG DAN TANDA (kalau ada)
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Lingkup Penelitian
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5 Sistematika Penyajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 (ttg buku-buku umum yang terkait)
2.2 (ttg buku-buku khusus yang terkait)

BAB III KERANGKA TEORI
2.1 (teori yg sifatnya mendasar)
2.2 (konsep-konsep teori secara langsung diterapkan)

BAB IV METODE, TEKNIK, DAN CARA PENELITIAN
(disesuaikan dengan topik / masalah yang dibahas)

BAB V PEMBAHASAN / ANALISIS
(rincian pembahasan sesuai masalah yang dikaji dan ruang lingkupnya)

BAB VI PENUTUP
(dapat berisi: kesimpulan, rekapitulasi hasil analisis, problematika yang tidak dapat ditangan dalam penelitian, saran-saran penelitian lanjutan)
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(dapat berisi: daftar klasifikasi data, gambar dan foto, daftar informan, blangko kuesioner, dll)
(b)

(b1)
KERANGKA LAPORAN PENELITIAN
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
1.2 Tinjauan Pustaka
1.3 Rumusan Masalah
1.3 Lingkup Penelitian
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5 Sistematika Penyajian

BAB II TEORI, METODE, DAN CARA PENELITIAN
2.1 Kerangka Teori/ Landasan Teori
2.1.1 …
2.1.2 …
2.1.3 Hipotesis

2.2 Metode dan Teknik
2.2.1 Metode dan Teknik Penelitian
2.2.1.1 Pengumpulan Data
2.2.1.2 Penganalisisan Data
2.2.1.3 Penyajian Hasil Analisis
2.2.2 Cara Penelitian

BAB III PEMBAHASAN / ANALISIS
2.1
2.2
(… tergantung luas sempitnya masalah. Penomoran berdigit)

BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
4.2 Problematika
4.3 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


Contoh Penyusunan Topik dan Judul

1. INDUK TOPIK
Bidang Pengajaran

2. TOPIK UMUM (a)
Bidang Pengajaran IPA

TOPIK UMUM(b)
1) Cara Mengajar IPA
2) Pengajar/ Guru IPA
3) Kemampuan Siswa dalam Pengajaran IPA
4) Materi Pengajaran IPA

3. TOPIK KHUSUS
(ambil spesifikasi dari salah satu topik umum (b))
Pengajaran IPA pada Siswa SMU

4. MENYUSUN JUDUL
(dari topik khusus dapat disusun judul-judul) misal sbb:
1)
2)
3)
(dipilih judul)

5. MERUMUSKAN MASALAH PENELITIAN
(dari sebuah judul, secara kasar dapat disusun masalah yang akan dijawab dalam penelitian) sbb:
a.
b.
c.







contoh: Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

- Kapaital
- Tanpa garis bawah
- Tidak berspasi

Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya karya tulis (makalah/ skripsi/tesis/dll) ini dapat terwujud. Adapun judul penelitian yang tersusun sebagai karya tulis ini ialah “…..(misalnya, Pembelajaran Bahasa secara Efektif Siswa SLTP di Kabupaten Purworejo: Sebuah Studi Kasus)…”.
Karya tulis merupakan salah tugas akhir pada…(jenjang S2/atau apa)… yang dilaksanakan pada tahun… dan sebagai prasyarat untuk…(memperoleh gelar…/ memperoleh angka kredit dalam…)….
Penyusun menyadari bahwa terwujudnya karya tulis ini atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
1. Drs….., selaku………………………………….;
2. ………, ………………………………………….;
3. ………, ………………………………………….;
Penutup…………………………………………………......................................................................................................................................... ..................................................................................


Yogyakarta, 10 November 2008
Penyusun,


Bunga Citra Lestari
NIM …..

1 komentar:

Saf One Kamal mengatakan...

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh,Salam serta puji syukur kehadirat Allah semoga ia memberikan kesehatan pada bapak,
Saya Safwan kamal dari KUI B (asal Aceh)
saya ingin bertanya tentang bahasa Indonesia..saya pernah di keritik oleh orang asing mengenai kekurangan kosa kata dalam bahasa Indonesia,misalnya kata "RUMAH SAKIT"yang terdiri atas dua suku kata RUMAH dan SAKIT".dalam hal ini bahasa Indonesia hanya bisa menggabungkan dua bahasa tetapi tidak memberikan sebuah kosa kata tersendiri yang menunjukkan tempat...tidak seperti bahasa Inggris.dalam bahasa inggris kata Rumah sakit bukan "Sick home" tetapi mempunyai bahasa tersendiri yaitu "HOSPITAL".dalam hal ini masih banyak hal-hal yang terjadi penggabungan dua suku kata dalam bahasa Indonesia.menurut bapak apakah ini suatu kelemahan tatabahasa indonesia yang tidak memiliki kaya suku kata?
trimakasih pak,,
wassalamu'alaikum..